Aku baru sadar,
ku kira aku bisa mencintainya
ternyata cintaku kepadanya akibat cintanya kepadaku.
Cinta dan mati bagiku hanyalah sebuah dua objek, sakral memang, dua-duanya begitu mistis dan misterius. Layaknya jelangkung, datang tak diundang pulang tak diantar semuanya begitu serba tiba-tiba.
Banyak sahabat yang saya temui dan berpendapat tentang apa itu cinta, ternyata memang banyak yang mengetahui, tentang cinta yang tak hanya disajikan untuk manusia saja,
cinta. Kita hidup sebab kita cinta begitulah simplenya.
Kemarin kala sore di tepian sebuah kopian yang begitu sepi pengunjung.
Aku duduk dengan seorang wanita.
Mau ku katakan dengan lantang ataupun ku pendam diam-diam tetap saja wanitaku ku sebut cinta.
Dengan rasa kepemilikan yang berbeda dengan yang lain, rasa ketenangan yang tak biasa bersanding dengan ketentraman yang tiada tara.
Ku tatap mata nan indah yang ia miliki, ku berujar dengan kata lembut, kukatakan bahwa aku mencintainya.
Iya, cinta itu tercipta atas dasar rasa ; nyaman,tentran,bahagia, kala di dekatnya tawa canda apapun itu, bahkan lucunya masalalu yang sangat mengenaskan jika di ujarkan kembali bersamanya menjadi sebuah bahan candaan yang begitu unik, begitulah yang aku rasakan
Bahkan sampai saat ini, memang ia tak begitu suka jika aku mengujarkan hal-hal masalalu karna di samping itu juga tak bisa di pungkiri tentang sebuah objek pelakunya
Tetapi ini tentang sebuah cinta dan mati bukan tentang kisah aku dan dia, apalagi tentang masalalu,sangat bukan
Cinta itu kehidupan,alasanmu makan karna kau begitu cinta akan dirimu sendiri, alasan mu beribadah karna engkau cinta penciptamu dan sebagainya
Simplenya; apapun dan bagaimanapun yang kau lakukan sebab kau mencintai
Aku berkata kepada cinta "aku tak akan mati sebelum aku menemukanmu"
Cinta menjawab "yang menemukanku tak akan pernah mati"
Ya.begulah yang mati mungkin hanyalah raga,tentang rasa sampai kapanpun tak akan pernah musnah .
Kematian bagi rasa adalah kemustahilan yang haqiqi.
Penulis : sufyanwahyudi
0 Komentar