Hari ini hujan menunda untuk membasahi bumi tak seperti hari-hari kemaren tak kenal waktu dengan deras ia menghamburkan airnya
Sore ini aku bersama satu temanku sedang dalam perjalanan pulang dari tempat yang sudah kita datangi hanya untuk duduk dan meminum secangkir kopi
Dalam perjalan pulang itu aku dan satu temanku memutuskan untuk mencari makan.
"Itu ada nasi padang" ujar teman ku
"Oiya disana aja" jawabku sambil menepi untuk memarkir motor di depan Warung nasi padang
Selang beberapa waktu aku baru mengingat bahwa tempat makan itu dekat Taman dimana Kediaman wanita yang pernah ku jumpai
Tak lama aku langsung me notif nya menanyalan dimana dia sekarang
"Ada di rumah, kanapa" balasnya
" aku di sebelah Taman, Katanya deket ke rumahmu, aku kesana yah?" Tawarku kepadanya melalui sebuah obrolan dunia maya
" loh jangan, kita ke tempat kopian deket sini aja yah gak enak di rumah rame" Jawabnya dengan Memberi tawaran untuk menolak ajakanku
" sama siapa?" Lanjut iya bertanya
" sama teman ku " jawabku padanya
"Oiya di kopian dekat sini aja katanya kamu tau" kembali ia menegaskan tawarannya
" iya habis ini aku langsung kesana sama temanku" tak perlu mengulur waktu yang banyak untuk menyepakati
" nanti kalau sudah disana bilang yah, aku siap-siap dulu" bersamaan dengan itu, aku dan satu temanku sudah di perjalanan menuju lokasi kopian tempat kita sepakati
Karna memang lokasi kopian itu tidak jauh dari tempat makanku tadi, cuma butuh hitungan menit akupun sampai di lokasi
Memesan beberapa minuman dan duduk di kirsi pojokan kopian itu
" aku sudah sampai" jawabku berniat untuk memberitahu agar ia pun segera berangkat
" oiya sebentar lagi aku sampai" ucapnya kepadaku melalui dunia maya itu
Tak lama setelah itu dia pun tiba
" maaf ya aku gak pakek hijab" ujarnya sambil duduk pas di sebelahku
" tidak apa-apa, santai kok" jawabku kepadanya
Dengan perasaan tenang, Kita bersama-sama menyambut hilangnya sebuah senja, tapi kita bukan anak senja hanya kebetulan saja waktu di penghujung sore hari.
Banyak pembicaraan yang kita urai mulai dari perkuliahan, kisah asmara, bahkan keluarga.
Kabarnya Ia baru putus dengan pasangannya yang sudah menjalani hubungan kurang lebih 3 tahunan
Entah kenapa, aku punya perasaan yang berbeda di waktu itu, kenyamanan berada di sampinya memanglah hal yang benar-benar ada.
Ia mungkin menyadari atas kenyamanan ini
sampai akhirnya ada kalimat yang memang benar-benar bisa saja meruntuhkan lenyamanan yang sudah terpatrih di diriku
"semakin kesini aku sadar bahwa aku tak membutuhkan seorang laki-laki" itulah kalimat yang sedikit menyayat
Entah itu cara dia menolak kenyamananku agar tidak berlarut-larut atau memang benar hal itu yang ia rasa.
Kembali ku ulang-ulang perkataannya ia hanya menjawab, "iya itu untuk beberapa waktu ini, mungkin"
Tapi entah tetap hal itu adalah sebuah penolakan agar aku tak berlarut-larut akan kenyamanan yang ku ciptalan sendiri
Di balik hal itu, semua kita sampaikan layaknya sebuah candaan , teratawa, mulai awal pertemuan pun kita sudah mebangun itu
Tak sadar hari sudah mulai menampakkan kegelapannya, dari obrolan-obrolan yang kita urai itu membuai kita sedikit lalat terhadap waktu
Sampai akhirnya kita memutuskan untuk pulang.
" ayok aku antar" karna memang dia kesini di antarkan temennya, deket memang tapi entahlah aku ingin mengantarnya hitung-hitung bisa berbincengan dalam satu kendaraan
" gak usah, deket kok" jawabnya atas tawaranku, tetapi akupun agak memaksanya untuk mengantarkan,
"Iya udah ayok, tapi gak apa-apa kan temannya di tinggal?" Keputusannya beserta pertanyaan yang memang aku kesana bersama satu temanku
" gak apa-apa, ayok" jawabku sambil berjalan kearah parkiran. Akupun mengantarkannya pulang meski, iya, jaraknya tak melebihi satu kilometer
Tetapi bisa dalam satu kendaraan punya kesan tersediri ya kan.
Nanti lagi yah.
Sampai bertemu di titik terbaik menurut takdir
Penulis : sufyanwahyudi
0 Komentar