Pemberian yang paling berkesan ialah sebuah kehadiranmu di saat sepi sudah mendarah daging di dalam relungku.
Tuhan memang maha baik mempertemukan kita dikala aku sedang ingin di cinta. Kepada bahu yang kini mulai menjadi sandaran kepala, kepada tangan yang selalu menggenggam di situasi apa saja, aku mensyukurinya.
Namun dari sekian pemberian Tuhan yang telah diberikan lewat sosokmu yang terlahir indah, ada satu yang begitu membuatku merasa menjadi berharga.
Ialah saat kamu berujar “ jangan dipaksa suka, aku tidak memaksa, perihal aku menyukaimu biarkan saja, jika memang nanti lara hadirnya, aku menerima.”
Lalu kamu tersenyum dan melanjutkan “ karena perkara menyukai dan bahkan mencintai adalah urusanku dengan hatiku, karena mencintai adalah kata kerja, mencintai artinya aku yang sedang berbagi rasa, maka kamu cukup menerima. Tapi sekali lagi aku tekan kan, Kamu tidak harus terbebani dengan membalasnya, andaikan Tuhan menghendaki hatimu agar bersikap sama, maka hal itu akan menjadi ganjaran yang aku sambut dengan bahagia.”
Dan di saat kamu lantang mengucapkan serentan kalimat yang tak mengumbar janji akan selalu ada, aku diam-diam bermunajat kepada Tuhan agar rasa itu, rasa yang ada dalam dadamu, masih menggebu untukku. Dan semoga aku turut memberikan dan menghadirkan rasa yang sepadan untuk kamu.
Terima kasih untuk pemberian yang tak pernah ingin dibalas. Dari diriku yang memutuskan untuk belajar menerima rasa dan kehadiranmu.
Penulis : Desy Widiawati
0 Komentar