“Ini cerita antara cinta segitiga aku, dia dan tuhanku”
Purnama menjelma ketika tanggal 15 dalam bulan Hijriah, bulan purnama pertama muncul di dalam kisah ku setelah sekian lama aku tidak bercerita. Kini aku menuliskan sebuah coretan aksara cinta. Ku kenangkan dalam tulisan tanpa makna, makin hari makin jauh. Seperti halnya langit dan bumi yang takkan bersatu. Dalam kisah ini aku menjadi seorang pecundang yang tak memeliki keberanian dalam mengungkapkan rasa kepada wanita yang kusuka.
Malam ini di bawah lampu sorot, di depan panggung Iwan flas kutuliskan sebuah kebenaran yang telah lama aku simpan. Aku menyukainya tapi terikat agama, yang tidak memungkinkan untuk bersama. Dia sunggu mulia di dalam beragama, sedangkan aku hanyalah butiran debu di antara orang-orang yang menyukainya.
Ini adalah rasaku kepada nya walaupun dia tidak merasakan apa yang aku rasa. Tapi dalam hal ini aku sungguh bahagia, karena aku mengenal seorang yang kseperti dia. Aku tidak akan pernah mampu untuk menyukai seorang wanita yang sulit untuk Ku gapai. Mungkin rasa ini aku tinggal di sini dibawah sinar rembulan dan bintang-bintang malam. Pada tanggal 18 November ini.
Aku tidak mau lagi menyakiti hati seorang wanita lagi, yang tak sepantasnya laki-laki seperti itu. Aku ingin kembali menjadi diriku yang dulu, yang pernah menjadi seorang pemuda yang taat kepada Tuhannya. Kini aku merasa semakin aku mengejar wanita aku lupa akan Tuhanku siapa.
Mungkin ini tak lagi menjadi akhir dari ceritaku, aksara yang aku tuliskan sekian kata. Kini menjadi derita yang selalu aku rasakan dalam suka dan duka di dalam kehidupan sehari-hari yang semakin sulit untuk kujalani.
Aku suka kepadanya tapi aku tak mau meninggalkan Tuhanku yang selalu setia dikala aku sedih, senang dan dia tidak pernah meninggalkan hamba-Nya walaupun sepersekian detik saja.
Ini cerita antara cinta segitiga aku, dia dan tuhanku. Semakin jauh aku dari Tuhanku mungkin cinta kepada seorang yang kusuka tidak akan pernah direstui oleh Tuhanku. Kini aku perlahan mulai sadar akan setiap kesalahan yang telah kuperbuat selama aku hidup dalam dunia luar. Dunia yang awalnya tidak aku kenal dan tidak aku perdulikan, kini aku menjadi permainan dunia ini.
Aku yang sekarang bukanlah aku yang dulu kukenal. Bahkan aku saja tidak mengenal siapakah diriku ini sebenarnya, apakah aku pantas untuk terus berjalan diantara kebahagiaan yang Tuhan berikan tapi aku sia siakan. Aku malu dan aku benci pada diriku sendiri. Demikian lah aku hanya insan yang tak tau berterima kasih.
Penulis: Dzunnuroini
0 Komentar